Kisah mistis ini
adalah kisah nyata, kisah tentang seorang ibu rumah tangga yang sedang
mengandung bayinya yang berusia sembilan bulan. Namun di saat kelahiran
sang jabang bayi, tiba-tiba bayinya menghilang begitu saja seolah-olah
ada makhluk gaib yang mengambilnya. Anehnya, bayi yang menghilang
tersebut kembali ke rahim ibunya sepuluh tahun kemudian....
Mustahil dan tak masuk di akal memang. Namun kisah mistis ini benar-benar terjadi di daerah Bekasi, Jawa Barat. Dan cerita ini pun tak diberitakan di media massa manapun. Hanya kerabat dan sahabat dekat yang mengetahuinya, dan salah satu keluarganya ialah teman dekat dari penulis sendiri. Dalam penulisan nama-nama, sengaja disamarkan oleh penulis. Berikut ini kisah mistis lengkapnya...:
Akhirnya, cita-cita untuk membentuk keluarga yang bahagia tercapai sudah dengan dikandungnya janin yang ada dalam kandungan sang isteri. Sungguh ini suatu kebahagiaan yang teramat besar bagi Hendra, pria yang selama ini begitu merindukan kehadiran seorang anak.
"Jaga kandunganmu, Mah! Jangan kerja yang berat-berat. Biar Bibi Arum yang mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apalagi mengingat usia kandungamu mendekati sembilan bulan," pesan Hendra, sang suami, dengan penuh kasih sayang.
"Tentu, saranmu pasti kuperhatikan, Mas!" Ujar Nengsih, penuh kemanjaan. Namun, wajah Nengish kemudian berubah muram. Sepertinya, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Ada apa, Mah. Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu. Katakan saja. Aku tak akan marah," bujuk Hendra.
"Begini, semalam aku bermimpi aneh. Mimpi namun seperti nyata saja. Aku didatangi seorang kakek berjenggot dan berjubah putih, lalu dia mengatakan akan mengambil anak kita untuk sementara waktu. Hingga suatu saat nanti dia akan dikembalikan kembali. Aku takut, mimpi itu akan menjadi kenyataan, Mas!" Papar Nengsih dengan mimik yang berubah tegang.
"Nengsih, isteriku! Mimpi itu hanyalah bunga tidur. Tak usah kau pikirkan, sebab mana mungkin mimpi bisa menjadi kenyataan. Jangan sampai mimpi itu mengganggu pikiran dan kesehatanmu. Ingat, jaga baik-baik bayi dalam kandunganmu!"
"Tapi, Mas...!"
"Sudahlah! Tak usah kau pikirkan mimpi tersebut, lebih baik kita tidur dan istirahat. Bukankah besok pagi kita kan pergi ke Puskesmas untuk memeriksa kandunganmu!"
Nengsih pun terdiam, mengalah mengikuti anjuran Hendera sang suami.
Pagi harinya, sekitar pukul 05.00, Nengsih perlahan-lahan menggeliat bangun. Dia membuka mata sambil menahan rasa kantuk yang tersisa. Dipandangi suaminya yang masih terlelap tidur. Matanya berpaling keperutnya sendiri sambil memeganggi dengan kedua tangannya. Tiba-tiba dia terkejut setengah mati.
"Ah, tidak...tidak mungkin!" dia terpekik dengan air mata yang secepatnya menganak sungai. Apa yang terjadi?
Ketika itu Nengish melihat perutnya sudah kempes seperti layaknya orang yang tidak hamil. Itulah yang rupanya membuat Nengsih histeris.
Hendra yang mendengarkan teriakan isterinya spontan bangun. "Nengsih, ada apa?" Tanyanya dengan cemas.
"Mas, perutku tiba-tiba mengecil. Anak kita...anak kita menghilang, Mas!" geragap Nengsih dengan air mata yang telah menganak sungai.
Hendra menatap perut isterinya. Dia sendiri terbelalak heran, seakan tak percaya melihat apa yang terjadi dengan isterinya. Sambil menahan rasa bingung, dia bertanya kepada isterinya, "Nengsih mengapa ini terjadi?"
Pertanyaan yang bodoh, sebab sang isteri pun tak pernah tahu apa yang telah terjadi sebenarnya.
"Entahlah, Mas. Aku tak tahu mengapa ini terjadi padaku. Sewaktu aku bangun aku memeriksa perutku dan kudapati perutku sudah mengecil seperti ini. Anehnya, aku tak merasakan sakit baik di perutku maupun di rahimku," jelas Nengsih sambil menahan tangisnya. "Mas, mungkinkah kakek itu yang mengambil anak kita?" tanyanya kemudian.
"Maksudmu? Kakek yang mana?" Hendra balik bertanya dengan heran.
"Kakek berjenggot dan bersorban putih yang kuceritakan semalam. Kakek yang selalu muncul dalam mimpiku itu," jawab Nengsih.
Hendra termangu antara percaya dan tidak. Akhirnya, mau tak mau dia harus mempercayai hal itu.
"Aku jadi takut, bingung, juga resah dan tak mempercayai ini semua. Tapi kuharap kita harus bersabar atas cobaan ini. Dan andaikata kakek itu yang mengambilnya, kuharap dia mau mengembalikan anak kita nanti," katanya, getir.
Akhirnya, mereka memberitahu keluarga yang letaknya memang saling berdekatan. Dan atas persetujuian keluarga, mereka pun mendatangi salah seorang Kyai terdekat. Sebutlah Kyai Abas. Menurut hasil teropong batin yang dilakukannya, anak mereka telah diambil secara gaib oleh salah seorang makhluk gaib penghuni salah satu gunung yang ada di Cirebon.
Pak Kyai tersebut menasehati agar mereka tak usah khawatir karena yang mengambil anak mereka adalah makhluk gaib dari golongan yang baik-baik. Anak tersebut akan dididik dan digembleng agar menjadi orang yang berguna dan mumpuni.
Setelah mendapat penjelasan dan nasehat dari sang Kyai mereka pulang dengan kegalauan yang sulit diobati.
***
10 TAHUN TELAH BERLALU
"Nengsih, tolong buatkan aku kopi. Gulanya sedikit saja!'
"Baik, Mas!"
Tak lama kemudian, Nengsih membawa secangkir kopi, lalu disuguhkan kepada Hendra, suaminya. Nengsih lalu duduk di samping Hendra dan berkata, "Sudah dua bulan ini aku tak datang bulan, Mas!"
Hendra pun memandang wajah isterinya. "Nengsih, coba kau katakan sekali lagi!" Hendra berkata seakan tak percaya dengan ucapan isterinya.
"Saya sudah dua bulan ini tak datang bulan, Mas!" Nengsih menegaskan.
"Berarti kamu hamil!" Ucap Hendra dengan nada gembira.
"Puji syukur kepada Tuhan. Akhirnya setelah sepuluh tahun kita menunggu sejak kehamilanmu yang hilang, tercapai juga cita-cita untuk memiliki anak."
"Saya juga merasa gembira, dan mensyukuri atas karunia Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Tapi, ada yang mengganjal hati saya, tentang kakek berjenggot itu. Mungkin Mas masih ingat sepuluh tahun yang lalu. Sewaktu saya hamil dan tiba-tiba anak kita yang masih dikandungan hilang secara gaib yang ternyata diambil oleh kakek itu.
Semalam dia mendatangi saya lagi melalui mimpi dan dia berkata, bahwa anak yang saya kandung, yang ada di perut ini sebenarnya adalah anak yang sepuluh tahun lalu diambilnya. Dan selama sepuluh tahun dia mengajarinya dengan ilmu lahir batin. Kakek itu juga mengatakan anak kita dididik di salah satu gunung yang ada di Cirebon," jelas Nengish panjang lebar.
Wanita kuning langsat itu melanjutkan, "Apa mungkin anak yang aku kandung saat ini adalah anak kita yang terdahulu, yang selama sepuluh tahun menghilang. Ya, dalam mimpiku, kakek berjenggot tersebut mengatakan agar kita tak usah bingung dengan fenomena gaib ini. Karena semua itu bisa saja terjadi atas kehendak Allah. Dia juga berpesan, agar anak ini dirawat dengan baik-baik."
Hendra tertunduk, seakan mengingat kembali kejadian sepuluh tahun yang lalu.
"Ah, sudahlah. Apapun yang terjadi, kita harus bersyukur dan kita harus merawat anak kita dengan baik agar menjadi anak yang shaleh!" katanya, mencoba menutupi kegusaran hatinya.
Sembilan bulan pun telah berlalu. Kemudian lahirlah anak dari pasangan Hendra dan Nengsih. Mereka pun tentu sangat berbahagia. Memang aneh, semenjak kelahiran anak itu, ternyata nasib mereka berubah. Kehidupan mereka jauh lebih baik. Anak itu seolah selalu membawa keberuntungan bagi orangtuanya.
Kehidupan mereka semakin membaik dan membawa berkah. Anak itu mereka namai Sukmajaya. Kelak anak itu dimasa yang akan datang akan menjadi orang yang mumpuni sebagaimana yang dikatakan kakek berjenggot putih yang berasal dari puncak Gunung Cirebon.
**Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang diceritakan oleh paman Sukmajaya sendiri yaitu Pak Tarsum.
Mustahil dan tak masuk di akal memang. Namun kisah mistis ini benar-benar terjadi di daerah Bekasi, Jawa Barat. Dan cerita ini pun tak diberitakan di media massa manapun. Hanya kerabat dan sahabat dekat yang mengetahuinya, dan salah satu keluarganya ialah teman dekat dari penulis sendiri. Dalam penulisan nama-nama, sengaja disamarkan oleh penulis. Berikut ini kisah mistis lengkapnya...:
Akhirnya, cita-cita untuk membentuk keluarga yang bahagia tercapai sudah dengan dikandungnya janin yang ada dalam kandungan sang isteri. Sungguh ini suatu kebahagiaan yang teramat besar bagi Hendra, pria yang selama ini begitu merindukan kehadiran seorang anak.
"Jaga kandunganmu, Mah! Jangan kerja yang berat-berat. Biar Bibi Arum yang mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apalagi mengingat usia kandungamu mendekati sembilan bulan," pesan Hendra, sang suami, dengan penuh kasih sayang.
"Tentu, saranmu pasti kuperhatikan, Mas!" Ujar Nengsih, penuh kemanjaan. Namun, wajah Nengish kemudian berubah muram. Sepertinya, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Ada apa, Mah. Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu. Katakan saja. Aku tak akan marah," bujuk Hendra.
"Begini, semalam aku bermimpi aneh. Mimpi namun seperti nyata saja. Aku didatangi seorang kakek berjenggot dan berjubah putih, lalu dia mengatakan akan mengambil anak kita untuk sementara waktu. Hingga suatu saat nanti dia akan dikembalikan kembali. Aku takut, mimpi itu akan menjadi kenyataan, Mas!" Papar Nengsih dengan mimik yang berubah tegang.
"Nengsih, isteriku! Mimpi itu hanyalah bunga tidur. Tak usah kau pikirkan, sebab mana mungkin mimpi bisa menjadi kenyataan. Jangan sampai mimpi itu mengganggu pikiran dan kesehatanmu. Ingat, jaga baik-baik bayi dalam kandunganmu!"
"Tapi, Mas...!"
"Sudahlah! Tak usah kau pikirkan mimpi tersebut, lebih baik kita tidur dan istirahat. Bukankah besok pagi kita kan pergi ke Puskesmas untuk memeriksa kandunganmu!"
Nengsih pun terdiam, mengalah mengikuti anjuran Hendera sang suami.
Pagi harinya, sekitar pukul 05.00, Nengsih perlahan-lahan menggeliat bangun. Dia membuka mata sambil menahan rasa kantuk yang tersisa. Dipandangi suaminya yang masih terlelap tidur. Matanya berpaling keperutnya sendiri sambil memeganggi dengan kedua tangannya. Tiba-tiba dia terkejut setengah mati.
"Ah, tidak...tidak mungkin!" dia terpekik dengan air mata yang secepatnya menganak sungai. Apa yang terjadi?
Ketika itu Nengish melihat perutnya sudah kempes seperti layaknya orang yang tidak hamil. Itulah yang rupanya membuat Nengsih histeris.
Hendra yang mendengarkan teriakan isterinya spontan bangun. "Nengsih, ada apa?" Tanyanya dengan cemas.
"Mas, perutku tiba-tiba mengecil. Anak kita...anak kita menghilang, Mas!" geragap Nengsih dengan air mata yang telah menganak sungai.
Hendra menatap perut isterinya. Dia sendiri terbelalak heran, seakan tak percaya melihat apa yang terjadi dengan isterinya. Sambil menahan rasa bingung, dia bertanya kepada isterinya, "Nengsih mengapa ini terjadi?"
Pertanyaan yang bodoh, sebab sang isteri pun tak pernah tahu apa yang telah terjadi sebenarnya.
"Entahlah, Mas. Aku tak tahu mengapa ini terjadi padaku. Sewaktu aku bangun aku memeriksa perutku dan kudapati perutku sudah mengecil seperti ini. Anehnya, aku tak merasakan sakit baik di perutku maupun di rahimku," jelas Nengsih sambil menahan tangisnya. "Mas, mungkinkah kakek itu yang mengambil anak kita?" tanyanya kemudian.
"Maksudmu? Kakek yang mana?" Hendra balik bertanya dengan heran.
"Kakek berjenggot dan bersorban putih yang kuceritakan semalam. Kakek yang selalu muncul dalam mimpiku itu," jawab Nengsih.
Hendra termangu antara percaya dan tidak. Akhirnya, mau tak mau dia harus mempercayai hal itu.
"Aku jadi takut, bingung, juga resah dan tak mempercayai ini semua. Tapi kuharap kita harus bersabar atas cobaan ini. Dan andaikata kakek itu yang mengambilnya, kuharap dia mau mengembalikan anak kita nanti," katanya, getir.
Akhirnya, mereka memberitahu keluarga yang letaknya memang saling berdekatan. Dan atas persetujuian keluarga, mereka pun mendatangi salah seorang Kyai terdekat. Sebutlah Kyai Abas. Menurut hasil teropong batin yang dilakukannya, anak mereka telah diambil secara gaib oleh salah seorang makhluk gaib penghuni salah satu gunung yang ada di Cirebon.
Pak Kyai tersebut menasehati agar mereka tak usah khawatir karena yang mengambil anak mereka adalah makhluk gaib dari golongan yang baik-baik. Anak tersebut akan dididik dan digembleng agar menjadi orang yang berguna dan mumpuni.
Setelah mendapat penjelasan dan nasehat dari sang Kyai mereka pulang dengan kegalauan yang sulit diobati.
***
10 TAHUN TELAH BERLALU
"Nengsih, tolong buatkan aku kopi. Gulanya sedikit saja!'
"Baik, Mas!"
Tak lama kemudian, Nengsih membawa secangkir kopi, lalu disuguhkan kepada Hendra, suaminya. Nengsih lalu duduk di samping Hendra dan berkata, "Sudah dua bulan ini aku tak datang bulan, Mas!"
Hendra pun memandang wajah isterinya. "Nengsih, coba kau katakan sekali lagi!" Hendra berkata seakan tak percaya dengan ucapan isterinya.
"Saya sudah dua bulan ini tak datang bulan, Mas!" Nengsih menegaskan.
"Berarti kamu hamil!" Ucap Hendra dengan nada gembira.
"Puji syukur kepada Tuhan. Akhirnya setelah sepuluh tahun kita menunggu sejak kehamilanmu yang hilang, tercapai juga cita-cita untuk memiliki anak."
"Saya juga merasa gembira, dan mensyukuri atas karunia Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Tapi, ada yang mengganjal hati saya, tentang kakek berjenggot itu. Mungkin Mas masih ingat sepuluh tahun yang lalu. Sewaktu saya hamil dan tiba-tiba anak kita yang masih dikandungan hilang secara gaib yang ternyata diambil oleh kakek itu.
Semalam dia mendatangi saya lagi melalui mimpi dan dia berkata, bahwa anak yang saya kandung, yang ada di perut ini sebenarnya adalah anak yang sepuluh tahun lalu diambilnya. Dan selama sepuluh tahun dia mengajarinya dengan ilmu lahir batin. Kakek itu juga mengatakan anak kita dididik di salah satu gunung yang ada di Cirebon," jelas Nengish panjang lebar.
Wanita kuning langsat itu melanjutkan, "Apa mungkin anak yang aku kandung saat ini adalah anak kita yang terdahulu, yang selama sepuluh tahun menghilang. Ya, dalam mimpiku, kakek berjenggot tersebut mengatakan agar kita tak usah bingung dengan fenomena gaib ini. Karena semua itu bisa saja terjadi atas kehendak Allah. Dia juga berpesan, agar anak ini dirawat dengan baik-baik."
Hendra tertunduk, seakan mengingat kembali kejadian sepuluh tahun yang lalu.
"Ah, sudahlah. Apapun yang terjadi, kita harus bersyukur dan kita harus merawat anak kita dengan baik agar menjadi anak yang shaleh!" katanya, mencoba menutupi kegusaran hatinya.
Sembilan bulan pun telah berlalu. Kemudian lahirlah anak dari pasangan Hendra dan Nengsih. Mereka pun tentu sangat berbahagia. Memang aneh, semenjak kelahiran anak itu, ternyata nasib mereka berubah. Kehidupan mereka jauh lebih baik. Anak itu seolah selalu membawa keberuntungan bagi orangtuanya.
Kehidupan mereka semakin membaik dan membawa berkah. Anak itu mereka namai Sukmajaya. Kelak anak itu dimasa yang akan datang akan menjadi orang yang mumpuni sebagaimana yang dikatakan kakek berjenggot putih yang berasal dari puncak Gunung Cirebon.
**Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang diceritakan oleh paman Sukmajaya sendiri yaitu Pak Tarsum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar